- Faktor Hormonal dan Aktivitas Fisik
- Metodologi Penelitian
- Mengapa anak perempuan lebih rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa di sekolah?
- Bagaimana perubahan hormonal memengaruhi kesehatan jiwa siswi?
- Apa peran aktivitas fisik dalam mencegah gangguan kesehatan jiwa pada siswi?
- Bagaimana penelitian ini dilakukan untuk mengungkap fakta tersebut?
- Apa saja rekomendasi untuk meningkatkan kesehatan jiwa siswi di sekolah?
- Apa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini?
- Rekomendasi untuk Lingkungan Sekolah yang Lebih Supportif
Studi gabungan Health Collaborative Center (HCC), Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), dan Yayasan BUMN mengungkapkan fakta mengejutkan tentang kesehatan jiwa anak perempuan di lingkungan sekolah. Risiko gangguan kesehatan jiwa pada anak perempuan ternyata 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Temuan ini didasarkan pada penelitian yang mendalam, yang menyingkap faktor-faktor kunci di balik disparitas ini.
Faktor Hormonal dan Aktivitas Fisik
Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSP, perubahan hormonal, terutama di masa remaja akhir, menjadi faktor utama. Siklus menstruasi dan potensi ketidakseimbangan hormonal dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi, meningkatkan risiko gangguan kesehatan jiwa. Ketidakseimbangan hormonal dapat meningkatkan risiko ini berkali-kali lipat, jelas Dr. Ray dalam Media Briefing Kesehatan Jiwa di Jakarta Selatan, 17 Desember 2024. Ia menambahkan, Dan karena hal ini sering terjadi di sekolah, risiko anak perempuan menjadi lebih besar.
Selain itu, kurangnya akses terhadap aktivitas fisik juga berperan signifikan. Olahraga sangat penting untuk mengurangi stres dan kecemasan. Namun, Dr. Ray mengamati bahwa ruang olahraga di sekolah sering didominasi siswa laki-laki, sehingga siswi lebih sering berkumpul di kantin. Kurangnya kesempatan berolahraga semakin memperparah masalah kesehatan jiwa mereka.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain studi potong lintang. Data dikumpulkan melalui skrining dan survei pada Oktober 2024, dan divalidasi melalui rapat pakar pada November 2024. Sebanyak 741 siswa dan 97 guru dari tiga SMA di Jakarta (dua SMA Negeri di Jakarta Timur dan satu SMA Swasta di Jakarta Selatan) menjadi responden, dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Strengths and Difficulties Questionnaire 25 (SDQ-25) untuk siswa dan Self-Reporting Questionnaire 20 (SRQ) untuk guru.
Mengapa anak perempuan lebih rentan terhadap gangguan kesehatan jiwa di sekolah?
Anak perempuan memiliki risiko gangguan kesehatan jiwa 2,5 kali lebih tinggi di lingkungan sekolah karena dua faktor utama. Pertama, perubahan hormonal di masa remaja akhir, terutama siklus menstruasi dan potensi ketidakseimbangan hormonal, mempengaruhi kondisi fisik dan emosi, meningkatkan risiko gangguan kesehatan jiwa. Kedua, kurangnya akses terhadap aktivitas fisik, karena ruang olahraga sering didominasi siswa laki-laki, meningkatkan stres dan kecemasan.
Bagaimana perubahan hormonal memengaruhi kesehatan jiwa siswi?
Ketidakseimbangan hormonal yang terjadi, terutama di masa remaja akhir, dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan jiwa siswi berkali-kali lipat. Siklus menstruasi dan fluktuasi hormon dapat berdampak signifikan pada kondisi fisik dan emosi mereka.
Apa peran aktivitas fisik dalam mencegah gangguan kesehatan jiwa pada siswi?
Aktivitas fisik sangat penting untuk mengurangi stres dan kecemasan. Kurangnya kesempatan berolahraga, karena misalnya dominasi siswa laki-laki di ruang olahraga, memperparah masalah kesehatan jiwa siswi.
Bagaimana penelitian ini dilakukan untuk mengungkap fakta tersebut?
Penelitian ini menggunakan metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain studi potong lintang. Data dikumpulkan melalui skrining dan survei pada Oktober 2024, dan divalidasi melalui rapat pakar pada November 2024. Respondennya meliputi 741 siswa dan 97 guru dari tiga SMA di Jakarta.
Apa saja rekomendasi untuk meningkatkan kesehatan jiwa siswi di sekolah?
Lingkungan sekolah perlu lebih mendukung kesehatan jiwa siswi dengan menyediakan akses yang lebih baik terhadap aktivitas fisik dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan suportif.
Apa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini?
Instrumen yang digunakan adalah Strengths and Difficulties Questionnaire 25 (SDQ-25) untuk siswa dan Self-Reporting Questionnaire 20 (SRQ) untuk guru.
Rekomendasi untuk Lingkungan Sekolah yang Lebih Supportif
Penelitian ini menyoroti pentingnya lingkungan sekolah yang lebih mendukung kesehatan jiwa siswi. Akses yang lebih baik terhadap aktivitas fisik dan terciptanya lingkungan yang lebih inklusif dan suportif sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan jiwa pada anak perempuan. Temuan ini memberikan panduan penting bagi sekolah dan pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan seimbang bagi semua siswa.